Terjemahan terkini dari text samurai dengan judul “12 Ketentuan Pedang” ungkap tehnik “kemampuan goib” rahasia dari sebuah sekolah latihan jadi samurai di Jepang.
Buku yang telah ada semenjak era ke-17 ini berisi beberapa ilmu yang di turunkan dari samurai namanya Ito Ittosai, seseorang yang memenangi 33 tanding di Jepang. Ia diperhitungkan wafat waktu berumur 90 tahun.
Dikutip Live Science, buku “12 Ketentuan Pedang” sebagai hasil tekstualisasi pengetahuan Slot terpercaya di indonesia yang di turunkan dengan verbal dari si Samurai pada siswa-muridnya pada sekolah latihan tarung pedang Sekali Babat.
Menurut Eric Shahan, penerjemah “12 Ketentuan Pedang”, text ini menerangkan ketentuan untuk menaklukkan lawan yang dibarengi dua mantra magic untuk tingkatkan konsentrasi jiwa dan pemikiran samurai.
Dua mantra ini cukup susah untuk dimengerti. Satu diantaranya menerangkan jika seorang samurai harus menulis watak Sanskrit yang mempresentasikan Oni, sesuatu bentuk setan, pada telapak tangannya.
Sesudah watak Agen slot terpercaya itu dicatat, selanjutnya si samurai rapatkan ke-2 tangannya, berdoa, dan putar tangannya sekalian meneriakkan kata “un!” saat sebelum menepuk dan menggosokannya tangannya.
Salah satunya ketentuan pada text ini untuk “tidak menyaksikan musuhmu dengan matamu, tetapi dengan jiwamu… Menyaksikan memakai matamu akan mendistraksimu, tetapi menyaksikan memakai jiwamu karena itu kamu akan konsentrasi.”
Ketentuan di atas dikatakan sebagai “mata hati.” Pada era ke-17, samurai yang kuasai “mata hati” memperoleh rasa kagum oleh orang sekelilingnya. Shahan menjelaskan “pada jaman dulu, beberapa orang yang kuasai ‘mata hati’ dipandang berkekuatan gaib’.” Shahan menerangkan ada keterangan ilmiah dibalik kemampuan mata hati ini.
“Seorang yang bisa menyaksikan pinggiran dari penglihatannya akan bisa bereaksi bisa lebih cepat daripada orang yang cuma bisa menyaksikan dari pusat konsentrasi penglihatannya,” sebut Shahan.
Mantra pada text samurai ini nampaknya sebagai satu bentuk meditasi self-hypnosis atau hipnosis diri. “Seorang harus biarkan badannya bereaksi dengan bebas dan tanpa sadar pada gempuran dari musuh,” tambah Shahan.